Tulisan yang berada di blog ini terdiri dari berbagai tulisan yang ditulis dengan asal-asalan. Maksudnya asal dari segala macam asal, seperti asal nulis, asal kena, asal jadi, asal enak, asal mood, asal ingin, asal dibaca, asal berguna, dan asal-asal yang lain. Namun bukan asal jiplak, asal nyalin, asal nyadur atau asal yang bisa merugikan orang lain. Siapapun boleh mengomentari, membaca, menyalin, mencetak, mempublikasikan, menerbitkan, ataupun hal yang senada dengan itu tapi harus ingat akan pencantuman nama penulis dan alamat blog ini dalam media yang digunakan untuk pelaksanaan hal atau proses tersebut.

Rabu, 05 November 2025

Kita Hidup di Antara Keberuntungan dan Kesabaran



Refleksi puitis tentang perjalanan hidup, waktu, luka, dan kebahagiaan sederhana. Sebuah tulisan lembut yang mengingatkan kita bahwa hidup tak selalu sempurna, tapi selalu punya arti.

Pembuka:

Kadang aku duduk diam, memandangi langit malam yang penuh bintang.
Ada satu bintang yang redup, tapi tetap berusaha bersinar.
Aku rasa, itulah kita — manusia yang sedang mencoba terlihat baik-baik saja di tengah segala kekacauan.

Hidup ini, entah bagaimana, terasa seperti perjalanan tanpa peta.
Kita berjalan dengan senter yang redup, berharap sinarnya cukup untuk menuntun langkah berikutnya.
Dan meski sering tersesat, kita tetap melangkah.
Karena berhenti rasanya lebih menakutkan daripada terus berjalan tanpa arah.


Bagian 1: Tentang Menjadi Kuat Tanpa Tahu Caranya

Pernah nggak, kamu ngerasa kuat padahal nggak tahu dari mana datangnya kekuatan itu?
Kamu bangun pagi dengan hati berat, tapi tetap melangkah.
Kamu tersenyum ke orang lain, padahal dalam hati kamu berantakan.
Dan lucunya, orang lain justru mengira kamu baik-baik saja.

Mungkin memang begitu cara hidup bekerja —
mengajarkan kita bagaimana tetap berdiri, bahkan saat lutut gemetar.
Mengajarkan kita bahwa menangis bukan tanda lemah,
tapi tanda kalau kita masih punya hati yang hidup.


Bagian 2: Tentang Waktu yang Nggak Bisa Diulang

Waktu selalu berlari.
Kadang terlalu cepat, kadang terlalu pelan — tergantung siapa yang sedang menunggu.
Kita sering bilang, “Nanti aja,” padahal waktu nggak pernah mau menunggu “nanti.”
Dia terus berjalan, tanpa peduli kita sudah siap atau belum.

Dan pada akhirnya, kita baru sadar,
banyak hal sederhana yang dulu kita abaikan, ternyata adalah kebahagiaan kecil yang paling tulus.
Kopi pagi bersama orang tua.
Obrolan ringan dengan teman lama.
Atau sekadar duduk diam tanpa merasa perlu menjelaskan apa-apa.


Bagian 3: Tentang Luka yang Mengajarkan Arti Pulih

Setiap orang punya luka, hanya saja bentuknya berbeda.
Ada yang sembuh cepat, ada yang butuh waktu bertahun-tahun.
Tapi semua luka, kalau dijaga dengan sabar, akhirnya juga akan mengering.

Kadang luka itu bukan untuk disembuhkan,
tapi untuk diingat — agar kita nggak mengulangi hal yang sama.
Agar kita lebih lembut pada diri sendiri, dan lebih paham pada orang lain.

Karena ternyata, luka bukan akhir dari cerita.
Luka justru tanda bahwa kita masih berani merasa.


Bagian 4: Tentang Bahagia yang Sederhana

Kita sering kejar kebahagiaan yang besar,
padahal kebahagiaan yang kecil sering menunggu tanpa disadari.
Bahagia itu nggak selalu pesta,
kadang cuma segelas teh hangat di sore yang sunyi,
atau pesan singkat dari seseorang yang nggak pernah lupa menanyakan kabar.

Bahagia juga bisa datang dari hal-hal yang nggak kita rencanakan.
Dari tawa spontan, dari langit yang tiba-tiba cerah,
dari hati yang akhirnya bisa bilang, Aku ikhlas.”


Penutup:

Hidup ini mungkin nggak pernah benar-benar sempurna,
tapi selalu punya cara untuk tetap indah — dengan caranya sendiri.
Kadang lewat tawa, kadang lewat tangis,
kadang lewat keheningan yang hanya bisa dimengerti hati.

Dan mungkin, memang di situlah rahasianya.
Bahwa kita hidup di antara keberuntungan dan kesabaran.
Beruntung masih bisa bernapas,
dan sabar untuk menunggu semuanya perlahan membaik.


🌿 Catatan Rekomendasi Seri Lengkap:

  1. Bagian 1: Hidup di Antara Keberuntungan dan Kesabaran

  2. Bagian 2: Belajar Ikhlas dari Hal-hal yang Pergi

  3. Bagian 3: Menemukan Diri Sendiri Setelah Segalanya Pergi

  4. Bagian 4: Bahagia yang Tak Lagi Tergantung Pada Siapa Pun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar