Pembuka:
Kadang gue mikir, hidup ini kayak sinetron yang sutradaranya lagi ngantuk.
Plot-nya lompat-lompat, karakternya aneh, dan ending-nya suka nggak jelas.
Tapi ya mau gimana lagi, kita nggak bisa protes — kita cuma pemain tambahan yang disuruh akting seolah semuanya baik-baik aja.
Padahal di dalam hati: “Ya Allah, capek banget pura-pura kuat.”
Tapi lucunya, dari semua kekacauan itu, kita tetap bisa ketawa. Kadang ketawa pahit, kadang ketawa ngakak, tapi tetap aja — ketawa itu bentuk perlawanan paling halus terhadap hidup yang absurd.
Bagian 1: Hidup Itu Nggak Seindah Filter Instagram
Kalau lihat story orang lain, hidupnya kayak tanpa beban — sarapan avocado toast, jalan-jalan ke Bali, caption-nya penuh motivasi.
Sementara kita? Sarapan tahu isi, berangkat kerja telat, dan motivasi satu-satunya cuma: “Yang penting nggak dipecat.”
Tapi tenang, jangan minder.
Hidup mereka juga nggak seindah itu.
Kadang setelah upload story, mereka juga bengong di kamar, nanya ke diri sendiri, “Kenapa hidup gue gini-gini aja ya?”
See? Semua orang juga lagi pura-pura baik-baik aja.
Jadi kalau hidupmu berantakan, selamat — kamu manusia normal.
Bagian 2: Rencana Hidup vs Realita
Waktu kecil kita bilang, “Aku mau jadi dokter.”
Pas gede, malah jadi admin online shop yang bales chat pakai emotikon senyum palsu.
Tapi nggak apa-apa, yang penting masih bisa makan tahu bulat lima biji.
Hidup itu bukan soal siapa yang paling sukses, tapi siapa yang bisa tetep jalan walau jalannya bolong-bolong.
Kadang yang kamu anggap jalan buntu, ternyata cuma belokan tajam.
Coba sabar dikit, nanti juga nemu jalan baru — walau mungkin jalannya becek dan harus nyeker.
Bagian 3: Bahagia Itu Nggak Ribet
Kita sering lupa, bahagia itu nggak butuh alasan gede.
Kadang cukup lihat meme lucu, makan mie instan tengah malam, atau tidur siang tanpa gangguan notif WA kerjaan.
Kalau udah bisa nikmatin hal receh kayak gitu, hidupmu udah naik level.
Karena jujur aja, bahagia itu bukan soal punya semuanya — tapi bisa ketawa meski nggak punya apa-apa.
Yang penting jangan pura-pura bahagia buat konten.
Bahagia yang asli itu diem-diem aja tapi berasa.
Bagian 4: Dunia Nggak Perlu Kamu Lawan, Cukup Kamu Tertawakan
Kadang dunia ini absurd banget.
Kamu udah baik, malah disalahin.
Kamu jujur, malah dianggap sok suci.
Kamu diam, malah dikira sombong.
Yaudah, daripada stres, mending diketawain aja.
Karena kalau kamu ambil hati semuanya, nanti hatimu penuh dan nggak ada ruang buat bahagia.
Dunia nggak akan berhenti cuma karena kamu capek, tapi kamu bisa berhenti sebentar buat ngopi.
Itu aja udah cukup revolusioner.
Penutup:
Hidup asal-asalan itu nggak dosa, asal kamu masih bisa bersyukur dan nggak nyusahin orang lain.
Kita semua lagi belajar — belajar sabar, belajar ikhlas, belajar ketawa di tengah masalah.
Kalau kamu hari ini ngerasa nggak beres, nggak apa-apa.
Besok bisa coba lagi.
Yang penting jangan berhenti ketawa, meskipun hidup kadang kayak lawakan tanpa punchline.
Jadi ya, nikmatin aja.
Karena mungkin, hidup ini emang nggak perlu terlalu serius.
Toh ujung-ujungnya kita semua cuma lagi numpang nulis cerita asal-asalan di semesta yang juga lagi asal bikin plot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar