Halaman

Tulisan yang berada di blog ini terdiri dari berbagai tulisan yang ditulis dengan asal-asalan. Maksudnya asal dari segala macam asal, seperti asal nulis, asal kena, asal jadi, asal enak, asal mood, asal ingin, asal dibaca, asal berguna, dan asal-asal yang lain. Namun bukan asal jiplak, asal nyalin, asal nyadur atau asal yang bisa merugikan orang lain. Siapapun boleh mengomentari, membaca, menyalin, mencetak, mempublikasikan, menerbitkan, ataupun hal yang senada dengan itu tapi harus ingat akan pencantuman nama penulis dan alamat blog ini dalam media yang digunakan untuk pelaksanaan hal atau proses tersebut.

Jumat, 17 Oktober 2025

Berantakan Itu Manusiawi — Tentang Hidup yang Tak Selalu Terencana


 

Kadang kita terlalu keras pada diri sendiri.
Kita pengin semua hal rapi, terjadwal, berjalan sesuai rencana — padahal hidup justru suka ngasih kejutan dari arah yang nggak kita sangka.
Dan lucunya, justru dari berantakan-nya itulah kita sering belajar hal paling berharga.


1. Nggak Semua Hal Harus Sesuai Rencana

Sejak kecil kita dididik untuk punya target: ranking bagus, kuliah tinggi, kerja mapan, nikah di usia tertentu.
Tapi semakin dewasa, kita sadar — dunia nggak sesederhana itu.
Rencana yang sudah disusun matang bisa berantakan hanya karena satu kejadian kecil.
Kadang malah hal yang nggak direncanakan justru membawa kita ke tempat yang lebih baik.

Bukan berarti nggak perlu rencana, tapi jangan biarkan rencana mengikatmu terlalu kencang.
Hidup juga butuh ruang untuk kejutan, untuk spontanitas, untuk belajar dari “kacau yang ternyata indah”.


2. Berantakan Nggak Selalu Berarti Gagal

Coba lihat kamar yang sedang berantakan.
Mungkin di mata orang lain itu berantakan, tapi buat pemiliknya, setiap tumpukan punya makna.
Ada buku yang sering dibaca, kertas penuh coretan ide, atau baju yang belum sempat dilipat karena malam tadi begadang ngerjain sesuatu.

Begitu juga dengan hidup — dari luar mungkin terlihat kacau, tapi siapa tahu, di dalamnya sedang tumbuh proses penting.
Berantakan bukan tanda akhir, tapi tanda bahwa sesuatu sedang bergerak.


3. Kadang Kita Terlalu Sibuk Menyalahkan Diri Sendiri

Kita suka ngomel di kepala sendiri:

“Harusnya dulu aku begini…”
“Coba aja aku nggak salah ambil keputusan…”

Padahal, siapa sih yang nggak pernah salah langkah?
Kita manusia, bukan robot.
Kita belajar dari jatuh, dari gagal, dari kecewa.

Yang penting bukan seberapa sering kita salah, tapi seberapa mau kita berdamai dengan kesalahan itu.
Kadang menerima diri sendiri yang berantakan justru langkah pertama untuk menyusun ulang hidup.


4. Dunia Nggak Butuh Kesempurnaanmu, Tapi Kejujuranmu

Di media sosial, semua tampak sempurna.
Wajah glowing, hidup bahagia, pasangan harmonis, karier cemerlang.
Tapi kita tahu, itu cuma potongan kecil — hasil editan, filter, dan pencahayaan terbaik.

Yang dunia butuh sebenarnya bukan kesempurnaan, tapi kejujuran.
Kejujuran bahwa kadang kita juga lelah, juga bingung, juga pengin menyerah.
Dan nggak apa-apa.
Itu manusiawi.

Justru di momen seperti itu kita lebih dekat dengan diri sendiri — tanpa topeng, tanpa pencitraan.


5. Kadang “Nggak Tahu” Itu Jawaban Terbaik

Banyak orang takut nggak punya jawaban.
Padahal nggak tahu arah hidup itu bukan dosa.
Kita nggak harus selalu tahu mau jadi apa, mau ke mana, atau kenapa hidup begini-begini aja.

Mungkin sekarang kamu cuma perlu berhenti sebentar, tarik napas, dan bilang:

“Aku nggak tahu, tapi aku mau lanjut pelan-pelan.”

Itu sudah cukup.
Karena kadang jawaban terbaik justru datang setelah kita berhenti memaksa diri untuk selalu tahu.


6. Berantakan Juga Bisa Jadi Indah

Kalau semua hal selalu rapi, hidup akan membosankan.
Berantakan itu bagian dari dinamika — seperti lukisan abstrak yang di mata orang lain kacau, tapi di mata pelukisnya penuh cerita.

Ada tumpukan kenangan di setiap kekacauan:

Semua itu berantakan, tapi indah — karena nyata.


7. Jangan Bandingkan “Kekacauanmu” dengan Hidup Orang Lain

Kita sering lupa: semua orang punya berantakan versi mereka sendiri.
Hanya saja, tidak semua orang menunjukkannya.
Yang kamu lihat dari luar hanyalah potongan hidup yang ingin mereka pamerkan.

Jadi, kalau kamu merasa hidupmu sedang kacau, tenang saja.
Mungkin orang lain juga sedang menatap kekacauan mereka sambil berpikir hal yang sama tentangmu.


8. Dari Berantakan Kita Belajar Menyusun Kembali

Kacau itu bukan akhir, tapi awal.
Dari situ kita belajar memilah: mana yang perlu dipertahankan, mana yang harus dilepaskan.
Kita belajar bahwa tidak semua hal bisa dikontrol, tapi semua hal bisa dihadapi.

Kadang, kekacauan justru jadi cara alam untuk bilang:

“Hei, waktunya berbenah. Tapi pelan-pelan aja, nggak usah panik.”


9. Hidup Itu Bukan Tentang Menyembunyikan Kekacauan, Tapi Merangkulnya

Kita nggak akan pernah bisa menghapus seluruh kekacauan dari hidup.
Yang bisa kita lakukan hanyalah belajar hidup berdampingan dengannya.
Menerima bahwa setiap luka, setiap salah, setiap keputusan yang belum tuntas — semuanya bagian dari cerita besar bernama kita.

Hidup yang sempurna itu ilusi.
Hidup yang berantakan tapi dijalani dengan hati, justru lebih nyata dan membumi.


10. Penutup: Berantakan Itu Nggak Apa-apa, Asal Jangan Berhenti

Kalau hari ini kamu merasa semuanya berantakan — pekerjaan, hubungan, bahkan dirimu sendiri — tarik napas dulu.
Nggak apa-apa.
Nggak semua hal harus beres sekarang.
Yang penting kamu masih mau mencoba.

Hidup memang nggak selalu rapi, tapi selama kamu terus bergerak, artinya kamu masih berani hidup.
Dan itu sudah luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar