pagi yang begitu merona
di dalam secangkir kopi
kicau burung kenari
di atas lembaran koran pagi
sinar mentari hangatkan pagi
bersama singkong rebus ba’da
subuh
ontel yang renta
mengayuh batuan terjal
di jalan tua
pantopel yang tak pernah kenal
semir
juga ikut menapaki
bekas jalanan perodi
pagar bambu yang mengelilingi
bangunan berdinding anyaman
bambu
tampak tersenyum manis
mendengar ocehan dan canda
bocah
anak dari buruh tani,
kuli bangunan,
tukang ojek,
nelayan pesisir,
dan pedagang emperan
mata selembut mahkota bunga
anggrek
menatap pesona penunggang ontel
berkemeja birunya langit
bercelana gurun sahara
yang mempunyai senyuman
samudera hindia
sambil menuntun kuda
tunggangannya
ia berkata pada mata selembut
mahkota bunga anggrek
“bu, suruh anak-anak untuk
mengencangkan
sabuk pengaman dari anyaman dedaunan
jati
sebelum menapaki kilimanjaro
dan menyelami atlantik”
senyum bulan sabit terpancar
dari mata selembut mahkota
bunga anggrek
yang menghilang secara perlahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar