Tulisan yang berada di blog ini terdiri dari berbagai tulisan yang ditulis dengan asal-asalan. Maksudnya asal dari segala macam asal, seperti asal nulis, asal kena, asal jadi, asal enak, asal mood, asal ingin, asal dibaca, asal berguna, dan asal-asal yang lain. Namun bukan asal jiplak, asal nyalin, asal nyadur atau asal yang bisa merugikan orang lain. Siapapun boleh mengomentari, membaca, menyalin, mencetak, mempublikasikan, menerbitkan, ataupun hal yang senada dengan itu tapi harus ingat akan pencantuman nama penulis dan alamat blog ini dalam media yang digunakan untuk pelaksanaan hal atau proses tersebut.

Selasa, 20 April 2010

Panen Raya

Bola lempung melayang di atas sawah
Gemericik air tidurkan jerami-jerami kering
Hangatnya mentari disambut gelak tawa kurcaci
Angin sumilir lingkari tubuh mungil
Rumput dan padas bernyanyi akan cita-cita
Alunan ani-ani hilangkan sedih
Bulir-bulir gabah terbang dan menari
Burung-burung kecil lepaskan kegelisahan

Badai yang Dahsyat

Kilat, petir, gledek saling menyambar bergantian
Cinta, takut, harap menancap dengan kuatnya
Awan tebal gelapkan pandangan
Rengek dan tangisan kukuhkan permintaan
Hujan deras menggerus tanah dan pasir
Ratapan pilu diiringi untaian zikir
Butiran es menghantam atap tiap rumah
Ketaatan tlah menghujam dalam dadanya
Angin yang kencang terbangkan ranting dan dahan
Tangan yang menengadah sempurnakan permohonan
Air membanjiri setiap hidup dan mati
Air mata basahi pipi, dagu, dan telapak tangan

Cinta Kelabu

Cinta kelabu menyendiri dalam simponi embun
Daun ribang mencela dahan rambutan
Gubuk kayu menahan kegerangan
Padang ilalang diselimuti sulaman jeruji sepeda
Sepatu butut terkapar di depan gubuk tua
Angin menggeram kesakitan
Bulu kaki memanggil awan

Busuk

Kabut membungkus papaya busuk
Busuk?
Benar-benar busuk
Sebusuk akal para pecundang

Cinta Perjaka

Cinta merenggut hati perjaka
Kamboja berayun tersipu malu
Goresan pena menuai kata
Raja siang merayu puteri rembulan

Perjaka tidur dalam kebimbangan
Awan tutupi matahari dan timbullah hujan
Kegundahan menerpa daun muda dan terbangkan daun kering
Sayup-sayup tubuh besar semakin layu

Menangis di Punggung Malam

Malam terasa hening
Burung, katak, jangkrik
Angin dan hujan
Tak menampakkan diri
Sunyi senyap
Kelelawarpun tiada

Namun di sini
Masih ada pohon-pohon yang tak berdesis
Dahan-dahannya menyembunyikan embun yang pucat
Perempuan yang lemah dan rapuh
Ditusuk belati kesunyian
Langit pun membisu tanpa bintang maupun bulan

Peneranga mendadak padam
Bulu-bulu di sekujur tubuh berbaris dengan rapinya
Air pun menetes
Satu demi satu
Dari sepasang kelopak mata indah
Di dalam kamar itu

Malam Pertama

Sepasang mata ini tak kuasa berkedip
Jantungpun berhenti bergerak
Sebentar, hanya sebentar saja

Kupandangi wajah yang begitu indah
Tangan yang teramat mulus
Dan…. Oh….
Suaranya bagai untaian syair
Yang biasa disenandungkan malam terhadap siang

Jemari lentiknya merayapi pundak, dada
Dan…. Dan….
Inilah nikmat Tuhan yang luar biasa
Yang tak pernah dirasakan para perjaka

Aku Memilih Diam

Diam
Aku hanya bisa diam
Terpaku dalam kesunyian
Dan keheningan menyatu dalam diri yang diam

Terdiam bukan tak ingin bicara
Bukan pula suatu keharusan
Ataupun suatu keinginan

Karna diam suatu pilihan
Tuk selamatkan tangan para penjajah
Dari menumpahkan darah
Dan untuk selamatkan saudara sebangsa
Dari kemungkinan hilangnya nyawa

Berduka

Kapur tulis memandang papan tulis yang membisu
Kaur ingin bertanya
Namun rasa enggan mengalahkannya
Dalam kesunyian yang dalam
Tanpa suara katak, jangkrik, dan angin yang biasa menemani

Meja pun diam
Begitu pula bangku yang sejak tadi membisu
Dan penghapus papan pembuat gaduh
Sekarang tak angkat bicara

Malam yang sunyi semakin hening
Dalam kesedihan yang teramat dalam
Langit-langit kelas meneteskan air
Tik
Tik
Tik

Kapur pun mengerti
Pembuat keheningan ruang kelas
Dia pun menangis
Karena Tuhan berkehendak lain
Akan keromantisan hubungan mereka
Bersama seorang guru yang mendidik dengan sepenuh hati

Kamis, 15 April 2010

Cinta yang Pergi

Cinta
Mengapa engkau pergi
Tanpa suara
Tanpa kata
Dan tanpa isyarat

Cinta
Mengapa engkau menjauh
Meninggalkan daku
Meninggalkan asa dalam diriku
Yang telah kau kobarkan sampai membara

Cinta
Engkau memang indah
Namun yang kau berikan padaku
Bukanlah kebahagiaan
Bukan pula keindahan
Namun suatu isyarat kematian

Kekasihku

Kawan
Maafkanlah daku
Yang tak bisa menemanimu
Tuk habiskan waktu di malam ini

Kawan
Aku ingin tidur
Bukan tuk hilangkan capek
Ataupun penat
Tapi karena Kekasihku nanti datang
Untuk bermesraan denganku

Kawan
Aku tak ingin Dia kecewa
Melihatku dalam keadaan tidur
Bukan berdzikir pada-Nya

Kawan
Aku merasa sangat menyesal
Bila Kekasihku pergi
Tanpa menengok lagi kepadaku
Karena kelalaian diriku

Selasa, 13 April 2010

Pena

Menggores pena di lembaran senja

Malam datang gantikan siang

Nyanyian dahan kenari indahkan senja

Burung pun pulang mencari sarang

Sabtu, 10 April 2010

bumi bermuka suram

Bumi menggeliat bermuka suram

laut menepuk pundak ulama

awan menikam harimau tidur

guratan embun menyentuh daun tebu


hamparan danau darah berbatu

gagak putih hilangkan haus

pohon pisang berkaca-kaca

kayu meranti hindari api


coban meraung matikan nadi

rumput hitam diterpa angan

gundukan pasir menanti hari

Kamis, 01 April 2010

Gerimis

Hujan gerimis menuai tawa
Rasa gembira membuka jiwa
Harapan lama datanglah sudah
Membawa cinta pelipur lara

Hati menjerit karena bahagia
Melihat senyum para bocah
Memupuk asa suburkan jiwa
Rasa merana semakin sirna

Darah mengalir kuatkan raga
Kobaran semangat membunuh derita
Burung bernyanyi indahkan siang
Jemari lentik sulam impian

Bunyian

Tak
Tak
Tak
Tik
Tik
Tik
Tuk
Tuk
Tuk
Tak
Tik
Tuk
Tak
Tik
Tak
Tuk
Tak
Tak
Tik
Tik
Tik
Tak
Tik
Tuk
Tik
Tak
Tuk
Tuk
Tak
Tuk
Tik
Tuk
Tuk
Tuk
Tik
Tak
Tuk
Tik
Tak
Tak

Jatuh

Bruk
Tor
Prang
Klontang
Pyar
Tor
Prang
Bruk
Klontang
Tor
Prang
Pyar
Bruk
Tor
Prang
Klontang